Jumat, 16 September 2016

Sebab Do’a Juga Bagian Dari Rindu Yang Belum Sempat Tertuntaskan Dengan Pertemuan

Selamat malam rindu, aku tak pernah jenuh menceritakan tentangmu pada mereka terlebih lagi pada dunia ku dan semesta yang segera tersenyum ketika mendengar cerita mu, cerita ku begitupun cerita kita. Rindu bertemanlah dengan baik bersama ku, kala dia yang kuceritakan pada mu tak kunjung hadir dihadapanku. Mungkin karna waktu yang belum menepati janjinya pada kami yang sedang memupuk rindu hingga pertemuan menjadi sangat berarti. Rindu malam ini kau hadir mengganggu pikiran ku, pikiran yang sedang berkecamuk karna kau, yang mulai tak mampu membendung rasa ini terlebih rasaku untuknya, pria yang selalu kusebut di tengah sujud dan do’a ku.
Kini pria itu mulai kembali menggangu pikiran ku yang sempat tenang karena rindu itu tak kembali mengusik. Tapi malam ini aku kalah olehnya, aku harus berkata jujur bahwa rinduku memang sedang butuh kamu sebagai pengobatnya. Namun waktu juga belum mengizinkan untuk kita saling meluapkan. Sebab kau yang kini sedang sibuk dengan rutinitasmu, untuk kehidupan dimasa depanmu harus terus berjuang, sedang aku yang hanya bisa menahan rindu dan harus kembali berdamai untuk menjaga agar rindu ini tak mengacaukan suasana hati.
Sering aku bertanya kepada mu kapan waktu akan mengizinkan kita bertemu? Berbagi tawa, cerita, terlebih meluapkan rasa rindu yang amat terdalam ini. Namun kau menjawab, tenanglah kita pasti bisa berdamai dengan rindu. Aku kini sedang berusaha untuk mengejar waktu yang akan segera mempertemukan kita.
Malam itu seperti biasa kita bercerita tentang keseharian mu yang sibuk dan lelah dengan rutinitasmu yang tiada henti, mungkin ini yang disebut dengan rindu. Sebab wajahmu yang terlihat didepan ponselku sangat menyejukkan, kau yang sedang tidak lebih baik menampangkan senyum terbaikmu. Aku rindu.... rindu senyum itu, senyum yang dulu selalu kau perlihatkan agar tangisku terhenti di ujung malam itu. Tak ingin ku akhiri kegiatan kita malam itu, tapi apa daya kita hanya bisa bertegur sapa melalui ponsel kita masingmasing, tidak dengan uluran tangan yang pernah kau berikan untukku dulu, tidak pula dengan bahu ynag menjadi tempat ku bersandar dulu.
Semoga apa yang telah menjadi komitmen kita tetap kau jaga utuh, seperti awal kita memutuskan untuk menjalani hubungan yang dipenuhi dengan rindu ini. Dan tenanglah rindu ini tetap untukmu kekasih dalam do’aku.

Kamis, 08 September 2016

Cinta Yang Hadir Sebelum Waktunya

Malam itu sangat dingin, udara malam menusuk hingga ke tulang rusuk. Aku masih berjalan dengan kaki yang kokoh melawan semua angin yang mulai menggangu. Aku masih menantimu dan berharap engkau akan menemui ku malam ini, namun ingin ku salah. Aku hanyalah seorang pengagum mu bukanlah orang yang kau inginkan untuk hadir dalam hidupmu.
Kau adalah sosok pria yang pernah aku temukan dalam wujud yang sangat menakjubkan, bukan karna kau tampan, tetapi karna sikap mu sebagai seorang lelaki patut untuk diacungi jempol. Banyak wanita yang tertarik padamu, namun tak satupun kau lirik termasuk juga diriku. Mungin karna prinsip mu atau mungkin karna tingkat ketertarikan mu pada wanita cukup tinggi. Ntahlaa akupun tak paham akan hal itu karna aku hanyalah pengagum mu bukan orang yang memiliki mu. Karna memiliki mu adalah sebuah ketidakpastian yang aku harapkan untuk menjadi sebuah kepastian yang akan kau berikan.
Menatapmu dari kejauhan adalah rutinitas ku, menjadi stalker dalam mediasocial mu adalah aku yang utama. Dan orang pertama yang selalu ngelove postingan instagram mu. Mungkin aku terlalu bodoh untuk ini semua, apalgi setelah aku tahu bahwa kau tidak memiliki ketertarikan padaku, kau tau rasanya tertusuk duri dalam mulut? Lebih dari itulah yang aku rasakan. Harusnya aku tidak berharap terlalu jauh untuk hal ini, karna saat ini kau telah milik orang lain. Sebagai pengagum mu tak salah jika aku hanya diperbolehkan untuk memperhatikan mu dari kejauahan dan hanya mengintip setiap kegiatan mu melalui akun socialmedia mu.
Harusnya perasaan ini tak boleh hadir untukmu, karna hanya aku yang memilikinya tidak dengan perasaan mu. Aku benci caraku yang harus diamdiam memiliki rasa untuk mu karna pada kenyataannya aku adalah orang yang paling mengetahui setiap kegiatan mu, tetapi tidak ikut hadir dalam setiap kegiatanmu. Dan aku jugalah orang yang paling paham akan jadwal mu, tetapi aku tidak termasuk didalam jadwal keseharianmu.
Katakan pada wanita mu tidak perlu takut aku akan merebutmu dari genggamannya, sebab genggaman tanganya lebih erat untuk mu dari pada aku yang hanya berani menatap mu dari jauh dan mencintai mu melalui diam ku. Karna perlahan perasaan ini harus ku hilangkan, sebab aku bukanlah orang yang tepat ketika menghadirkan perasaan ini untukmu dan sudah tidak sewajarnya perasaan ini hadir. Karna belum tentu aku akan mendapatkan hal yang sama atas apa yang telah aku perjuangkan.