Malam itu kita kembali
hadir dalam cerita yang sama, cerita yang tiada hentinya aku beritakan pada
duniaku yaitu tetap tentang kamu. Sosok pria yang baik, dan hadir dalam hidupku
setelah ayah ku. Kita memang jarang bertegur sapa ataupun bertatap wajah namun
aku tak pernah lupa seperti apa wajah mu, dari awal kita bertemu hingga
sekarang kita yang hampir jarang bertegur sapa. Wahai pria yang dulu selalu
menghabiskan waktunya untuk ku, apa kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat yaa,
baik hati maupun raganya. Kapan punya waktu untuk aku? Wanita yang selalu
menyelipkan doanya untukmu? gadis yang selalu menceritakan mu kepada Tuhannya?
Aku hanyalah gadis
mungil yang selalu menceritakan mu pada duniaku, terlebih lagi pada Penciptaku.
Sudah lelah rasanya aku menceritakan mu kepada mereka bahkan mereka hampir muak
ketika yang aku ceritakan hanyalah tentang kau saja. Sudah banyak sahabat dan
teman menasehatiku untuk segera menjauhi mu, pria baik yang sedang menghabiskan
waktunya untuk meniti masa depan yang indah entah dengan siapa pun nanti, pria
baik yang selalu menghabiskan waktu dengan teman-teman sebaya mu, dan pria baik
yang sedang mencari wanita baik untuk menjadi bidadari surganya kelak.
Aku masih ingat jelas
pertama kali kau menginginkan ku untuk menjadi pilihan hatimu, entah itu karna
suatu kebetulan atau karna kekosongan harimu. Dulu kau banyak menghabiskan
waktu bersama ku, semua berjalan begitu menyenangkan hingga aku lupa jika suatu
saat nanti bahagia ini tergantikan dengan luka apa aku bisa tetap berdiri tegar
dihadapan mu? Ntahlah aku hampir lupa untuk memikirkan jawaban tersebut,
pertanyaan yang selalu muncul ketika aku hendak terlelap dimalam hari.
Kali ini pertanyaan itu
hadir, kau menghadirkan luka itu menggantikan bahagia yang pernah kau beri.
Namun, aku masih tetap ikhlas memaafkan, begitu terus hingga berulang kali dan
tanpa sadar kau berjanji untuk tidak mengulanginya kembali, dengan ikhlas aku
masih tetap memaafkan mu, mencoba mengobati luka yang kau beri dengan cara ku
sendiri. Hingga aku bertanya sebenarnya siapa aku dihidupmu? Adakah posisiku di
hatimu? Mengapa selalu berulang kau beri luka yang sama? Kasih jika aku hanya
menjadi orang yang kau cari ketika kau sepi, haruskah luka ini kau lakukan secara
berulang-ulang? Aku memang tak pernah memperlihatkan lukaku sepenuhnya kepada
mu, tapi sadarkah kau aku adalah luka yang tak berdarah, tak memiliki wujud
untuk kau sembuhkan. Karna aku sadar takkan mungkin kau sanggup untuk
menyembuhkan luka ini. Kasih sadarlah kelak akan ada waktunya kau merasakan apa
yang aku rasakan, bukan percaya karma tapi inilah hidup apa yang kau tuai saat
ini akan kau peroleh suatu saat nanti. Namun, tenanglah bukan maksudku untuk
berbalas dendam, cukuplah hanya perasaanku yang tak pernah terbalaskan bukan
yang lain.
Kasih kurasa inilah
akhir dari perjuangan ku, kelak wanita yang kau impikan akan hadir dengan
sejuta kebahagiaan untukmu. Maafkan aku yang tak pernah bisa untuk mewujudkan
kebahagiaan mu.
Salam gadis mungil
sebagai perindu sejatimu...