Jumat, 07 Oktober 2016

Sebab Aku Hanyalah Luka Yang Tak Berwujud

Malam itu kita kembali hadir dalam cerita yang sama, cerita yang tiada hentinya aku beritakan pada duniaku yaitu tetap tentang kamu. Sosok pria yang baik, dan hadir dalam hidupku setelah ayah ku. Kita memang jarang bertegur sapa ataupun bertatap wajah namun aku tak pernah lupa seperti apa wajah mu, dari awal kita bertemu hingga sekarang kita yang hampir jarang bertegur sapa. Wahai pria yang dulu selalu menghabiskan waktunya untuk ku, apa kabarnya hari ini? Semoga selalu sehat yaa, baik hati maupun raganya. Kapan punya waktu untuk aku? Wanita yang selalu menyelipkan doanya untukmu? gadis yang selalu menceritakan mu kepada Tuhannya?
Aku hanyalah gadis mungil yang selalu menceritakan mu pada duniaku, terlebih lagi pada Penciptaku. Sudah lelah rasanya aku menceritakan mu kepada mereka bahkan mereka hampir muak ketika yang aku ceritakan hanyalah tentang kau saja. Sudah banyak sahabat dan teman menasehatiku untuk segera menjauhi mu, pria baik yang sedang menghabiskan waktunya untuk meniti masa depan yang indah entah dengan siapa pun nanti, pria baik yang selalu menghabiskan waktu dengan teman-teman sebaya mu, dan pria baik yang sedang mencari wanita baik untuk menjadi bidadari surganya kelak.
Aku masih ingat jelas pertama kali kau menginginkan ku untuk menjadi pilihan hatimu, entah itu karna suatu kebetulan atau karna kekosongan harimu. Dulu kau banyak menghabiskan waktu bersama ku, semua berjalan begitu menyenangkan hingga aku lupa jika suatu saat nanti bahagia ini tergantikan dengan luka apa aku bisa tetap berdiri tegar dihadapan mu? Ntahlah aku hampir lupa untuk memikirkan jawaban tersebut, pertanyaan yang selalu muncul ketika aku hendak terlelap dimalam hari.
Kali ini pertanyaan itu hadir, kau menghadirkan luka itu menggantikan bahagia yang pernah kau beri. Namun, aku masih tetap ikhlas memaafkan, begitu terus hingga berulang kali dan tanpa sadar kau berjanji untuk tidak mengulanginya kembali, dengan ikhlas aku masih tetap memaafkan mu, mencoba mengobati luka yang kau beri dengan cara ku sendiri. Hingga aku bertanya sebenarnya siapa aku dihidupmu? Adakah posisiku di hatimu? Mengapa selalu berulang kau beri luka yang sama? Kasih jika aku hanya menjadi orang yang kau cari ketika kau sepi, haruskah luka ini kau lakukan secara berulang-ulang? Aku memang tak pernah memperlihatkan lukaku sepenuhnya kepada mu, tapi sadarkah kau aku adalah luka yang tak berdarah, tak memiliki wujud untuk kau sembuhkan. Karna aku sadar takkan mungkin kau sanggup untuk menyembuhkan luka ini. Kasih sadarlah kelak akan ada waktunya kau merasakan apa yang aku rasakan, bukan percaya karma tapi inilah hidup apa yang kau tuai saat ini akan kau peroleh suatu saat nanti. Namun, tenanglah bukan maksudku untuk berbalas dendam, cukuplah hanya perasaanku yang tak pernah terbalaskan bukan yang lain.
Kasih kurasa inilah akhir dari perjuangan ku, kelak wanita yang kau impikan akan hadir dengan sejuta kebahagiaan untukmu. Maafkan aku yang tak pernah bisa untuk mewujudkan kebahagiaan mu.

Salam gadis mungil sebagai perindu sejatimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar